Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
pada kesempatan ini redaksi ingin berbagi materi khutbah jum'at yang bersumber dari suara Muhammadiyah
seperti biasa pada postingan ini hanya berisi sebagian
bagi yang ingin mencetaknya atau mengeprint sudah kami sediakan link dibawah ini untuk mendownloadnya... insya Allah tinggal di cetak
jenis file ada dua yaitu 1 pdf dan satu lagi docx.
ukuran kertasnya : F4
untuk ukuran font : 16
terimakasih sudah mampir semoga membantu.
Baca Juga : KHUTBAH JUM'AT "MEMOHON AMPUNAN".DOCX (TINGGAL CETAK)
Baca Juga : KHUTBAH JUM'AT BUKTI KEIMANAN.DOC
KHUTBAH
JUM’AT
Oleh : Sukahar Ahmad Syafi’i
Khutbah Jum’at Pertama
MENJADI
PEDAGANG MULIA
إِنَّ اْلحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ
نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئاَتِ
أَعْمَالِناَ. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضَلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَا
دِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ
بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ اللهِ. أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ
فَازَ المُتَّقُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin, sidang
jum’at Rahimakumullah
Berdagang adalah salah satu
bentuk bisnis yang efektif dalam membuka pintu rezeki. Para sahabat Nabi SAW
dan Nabi SAW pun juga berprofesi sebagai pedagang. Jika suatu usaha sudah
dikaitkan dengan istilah bisnis, maka usaha tersebut tidak akan terlepas dari
hitung-hitungan duniawiyah, tergantung kecenderungan pelaku usaha tersebut,
lebih berat hitungan duniawiyahnya, ataukah akhiratnya ataukah seimbang antara
dunia dan akhirat. Allah SWT memberikan visualisasi kepada kita tentang dagang
yang selalu untung melalui firmanNya :
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ
وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن
تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Fathir : 29)
Qur’an Surat Fathir ayat 29 ini
menunjukkan tentang spirit dagang yang memang seharusnya beruntung dengan
beberapa hal sebagai pencapaianya. Dagang yang beruntung ini mungkin bisa
disebut sebagai dagang yang dibalut dengan prinsip dakwah yang merupakan suatu
aktivitas utama dalam agama kita. Jika kita bisa melakukannya sebagaimana ayat
di atas, tentu predikat pedagang mulia akan kita dapatkan, mulia di akhirat
juga mulia di dunia.
Ma’asyiral Muslimin, sidang
jum’at Rahimakumullah
Mengenai pedagang mulia ini, Nabi SAW memberikan beberapa ciri
atau karakter yang dimiliki berdasarkan surat Fathir ayat 29 :
Pertama, Pedagang Yang Tidak Lalai, Dagang adalah profesi mulia,
karena Rasulullah SAW juga memilih profesi ini dalam hal mencari nafkah atau
rezeki. Oleh sebab itu, para pedagang hendaknya tetap mempertahankan
karakteristik kemuliaan profesi ini dengan tidak melalaikan kewajibannya
sebagai seorang muslim, tidak lupa dengan shalatnya, serta tidak terlalu asyik
dengan ramainya pengunjung di gerainya. Allah SWT berfirman :
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَٰرَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ
ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَاءِ ٱلزَّكَوٰةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا
تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلْقُلُوبُ وَٱلْأَبْصَٰرُ
“Orang laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan
jual-beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.
Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).”
(QS an-Nur [24] : 37].
Ma’asyiral Muslimin, sidang jum’at Rahimakumullah
Kedua, Pedagang yang Komitmen, salah satu cobaan bagi pedagang
adalah mengeluarkan infaq atau zakat, mengapa disebut sebagai cobaan, karena
tidak semua orang mau secara sukarela mengeluarkan infaq, ada yang mengatakan
usaha saya belum untung, masih kecil dan belum berkembang, padahal mengeluarkan
infaq atau zakat adalah bagian dari karakteristik pedagang mulia. Hal ini
tervisualisasi dalam sabda Rasulullah SAW :
لاَ يَتَصَدَّقُ أَحَدٌ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلاَّ
أَخَذَهَا اللَّهُ بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا كَمَا يُرَبِّى أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ
أَوْ قَلُوصَهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ
“Tidaklah seseorang bersedekah dengan sebutir
kurma dari hasil kerjanya yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah
tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia membesarkannya sebagaimana ia
membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung
atau lebih besar dari itu” (HR. Muslim no. 1014).
Ma’asyiral Muslimin, sidang jum’at Rahimakumullah
Ketiga, Pedagang yang Tidak Dzalim, Kemuliaan pedagang, selain
tetap istiqamah menjadi hamba yang dekat dengan Allah SWT seperti penjelasan
pada di atas. Kemuliaan Pedagang juga tevisualisasi dalam aktivitas perniagaan
mereka. Yaitu perniagaan yang sesuai dengan prosedur dagangnya Nabi Muhammad
SAW, selalu memperhatikan kuantitas atau takaran barang dagangan, tidak
menguntungkan diri sendiri, tetapi merugikan orang lain, atau yang disebut
dzalim, sebagaimana Allah SWT berfirman :
*
(#qèù÷rr&
@øs3ø9$# wur
(#qçRqä3s? z`ÏB
z`ÎÅ£÷ßJø9$#
ÇÊÑÊÈ (#qçRÎur Ĩ$sÜó¡É)ø9$$Î/ ËLìÉ)tFó¡ßJø9$# ÇÊÑËÈ wur (#qÝ¡yö7s? }¨$¨Z9$#
óOèduä!$uô©r& wur
(#öqsW÷ès? Îû ÇÚöF{$#
tûïÏÅ¡øÿãB
ÇÊÑÌÈ
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan (QS. Asy-Syuara : 181-183)
Tiga hal tersebut adalah tipologi
atau karakteristik pedagang mulia berdasarkan spirit surat Fathir ayat 29 yang
bisa kita teladani. Jika disimpulkan, menjadi mulia di dunia dengan tidak
berbuat dzalim serta mulai di akhirat tanpa melalaikan hubungan transenden
dengan Allah SWT adalah karakter yang dimiliki oleh pedagang mulia.
Wallahu A’lam bisshawab.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فىِ اْلقُرأنِ اْلعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الاٰيَاتِ وَالذِّكْرَ اْلحَكِيْمِ، وَ
تَقَبَّلَ مِنيِّ وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الَسمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Do’a Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، وَاْلعَاقِبَةُ
لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلَّا عَلىَ الظَّالِمِيْنَ. وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الملِكُ
اْلحَقُّ اْلُمبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
اْلَمبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالمِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَاأَيُّهاَالْإِخْوَانُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ بِتَقْوَى
اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Akhirnya marilah kita berdo’a dengan khusyu’ kepada Allah SWT,
dan berharap agar do’a kita dikabulkan.
اَلَّلهُمَ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ
وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلأَحْيَاِء مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَاقَاضِيَ
اْلحَاجَاتِ.اَلَّلهُمَ إِنَّانَسْأَلُكَ اْلهُدَى وَالتُّقَى وَاْلعَفَافَ
وَاْلغِنىَ.
رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْوَاجِناَ وَذُرَّيَّاتِناَ قُرَّةً
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَاماً. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ
اْلوَهَّابُ.
رَبَّناَاٰتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِى اْلأٰخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعَزَّةِ عَمَّا
يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ، وَاْلحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ
اْلعَالَمِيْنَ
Comments
Post a Comment