Bismillahirrohmaanirrohim....
Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
pada kesempatan ini redaksi ingin berbagi materi khutbah jum'at yang bersumber dari suara Muhammadiyah
bagi yang ingin mencetaknya atau mengeprint sudah kami sediakan link dibawah ini untuk mendownloadnya... insya Allah tinggal di cetak
jenis file ada dua yaitu 1 pdf dan satu lagi docx.
ukuran kertasnya : F4
untuk ukuran font : 16pt
Font Arab : Traditional Arabic
Font Size : 20pt
terimakasih sudah berkunjung jazakumullahu khoiron katsiron...
Baca Juga : KHUTBAH JUM'AT BUKTI KEIMANAN.DOC
Baca Juga : KHUTBAH JUM'AT BUKTI KEIMANAN.DOC
Baca Juga : KHUTBAH JUM'AT TAUHID DAN AMAL SHALEH.DOC
Baca Juga : KHUTBAH JUM'AT ANTARA IMAN DAN AMAL SHALEH.DOC
KHUTBAH
JUM’AT:
TERLARANG
BERPUTUS ASA
Khutbah
Pertama
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرْهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِي اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهدُ أَنْ لاَ إَلَهَ إِلاّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ
رَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلَا رَسُوْلَ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَلآَهُ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَ اللَّهِ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوْا
الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلاَ تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ… (الأحقاف: 35(
وَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم:
المُؤْمِنُ الَّذِيْ يُخَالِطُ النَّاسَ وَ يَصْبِرُ عَلىَ أَذَاهُمْ
أَفْضَلُ مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى
أَذَاهُمْ (رواه ابن ماجه و أحمد و البيهقي(
Jamaah Jum’at
rahimakumullah,
Hidup secara benar di dunia ini memang penuh
perjuangan. Sebab mayoritas manusia berkecenderungan tidak benar atau tidak
sadar. Berjuang tampaknya merupakan hakikat hidup manusia; apalagi bagi manusia
yang jelas arah hidupnya, konkret cita-citanya, harapannya juga kemauannya.
Berjuang berarti mewujudkan keadaan sehingga menjadi ideal; atau minimal
berjuang mengatasi masalah yang menyerimpung langkah. Sementara kita ketahui
masalah hidup selalu ada, bahkan kalau kita cermati tampaknya bertambah hari
justru bertambah banyak dan meningkat kualitasnya. Dari masalah pribadi,
masalah keluarga, masalah lingkungan, hingga masalah umum dan masalah negara.
Itulah permasalahan hidup yang sebenarnya merupakan lahan perjuangan hidup
kita.
Banyak dan beragamnya masalah yang menghadang
hidup merupakan lahan kita memperjuangkan hidup kita agar menjadi lebih benar,
lebih baik juga lebih indah. Oleh karena itu sungguh terlarang kita untuk
berputus-asa bila tertumbuk masalah besar. Larangan ini tidak hanya karena
sikap berputus-asa bisa menciptakan hal-hal negatif dan destruktif bagi jiwa
dan hidup manusia melainkan berputus asa juga berarti meniadakan iman karena
memilih sikap kufur atas nikmat yang telah diterimanya. Bagaimana rincian dan
penjelasan terlarangnya berputus asa? Bagaimana pula cara mengubah sikap dan
keadaan dari berputus asa menjadi yang sebaliknya, optimistis namun tetap
realistis?
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Masalah yang menghadang gerak langkah hidup
kita ke depan memang tidak sedikit dan tidak ringan. Konon menurut pengamatan
para ahli, dewasa ini polusi dan tingkat stress manusia jauh lebih hebat
dibanding 5 atau 10 tahun lalu. Itulah hidup yang sudah berubah, bergerak dan
bahkan bertambah. Menjalani hidup berarti menghadapi dan mengatasi masalah yang
menghadangnya. Kadang masalah kecil dan kadang besar. Apapun masalah yang hadir
di hadapan kita sesungguh-sungguhnya mampu kita atasi manakala kita yakin serta
berupaya secara optimal. Sebab Allah SWT dzat yang mencipta kita dan Sumber
segala sumber itu telah menetapkan kelayakan-kepatutan hadirnya masalah itu
dengan kualitas kepribadian kita guna menghadapinya. Dibuat-Nya setara, pas,
sesuai antara masalah hidup dengan kemampuan masing-masing manusia. Ketetapan
tersebut ditegaskan Allah dalam firman pada Qs Al-Baqarah [2]: 286.
w ß#Ïk=s3ã ª!$# $²¡øÿtR wÎ) $ygyèóãr 4 ….. ÇËÑÏÈ
Artinya : Allah
tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.
Renungan dari firman ini adalah setiap
masalah yang dihadapi seseorang sudah diformat sesuai serta pas untuk dihadapi
oleh orang tersebut. Masalahnya kemudian adalah, apakah orang tersebut meyakini
bahwa sesungguhnya dirinya mampu dan berupaya secara optimal? Untuk inilah maka
renungan, pengertian yang mendasar serta doa tulus dan keyakinan menjadi kunci
penting untuk suksesnya menghadapi masalah hidup kita.
Mari kita urai, masalah apa yang sesungguhnya
menghadang kita serta bagaimana solusinya? Pertama, apakah
sumber masalah kita itu berasal dari perilaku kita sendiri? Jika benar demikian
maka solusinya hanya dengan cara mengubah kebiasaan kita, misalnya boros,
malas, takut, setengah hati, serakah, dll. Kedua, apakah
sumber masalah itu menyangkut perilaku orang lain? Jika benar demikian maka
solusinya dengan cara mengubah metode pengaruh^ kita, misalnya pengaruh
terhadap teman, bawahan, atasan, tetangga, dll. Ketiga, apakah
sumber masalah itu menyangkut hal di luar kendali kita? Jika benar demikian
maka solusinya dengan mengubah cara pandang kita terhadapnya sebab hal itu
hanya bisa diterima, misalnya terhadap gempa bumi, gunung meletus, musibah,
dll. Tampak bahwa apapun masalah hidup kita pasti ada solusinya yang dimulai
dari sikap dalam diri kita: mengubah kebiasaan, mengubah metode-pengaruh atau
mengubah cara-pandang.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Apapun masalah kita dan seberapapun skalanya
sungguh tidak pantas menjadikan kita berputus asa. Konon bunuh diri merupakan
wujud ekstrem dari sikap berputus asa. Menurut penelitian terdapat tiga faktor
pemicu atau penyebab seseorang melakukan bunuh diri. Ketiga faktor tersebut
adalah: kekurangan ekonomi, penyakit menahun (kronis) dan harga-diri atau
rasa-malu. Tiga pemicu itu bisa mengantarkan seseorang menuju bunuh diri jika
dia merasakan hidupnya sudah buntu, capek, dan tanpa ada titik-terang. Namun pasti
hal itu hanya sebatas perasaan pada si pelaku. Biasanya perasaan dan pilihan
begitu itu menimpa pada jenis orang yang introvert, perasa, kurang dipedulikan
orang lain, tidak dihormati lingkungannya, serta hanya dibiarkan saja. Oleh
karena itu untuk mengatasi agar tidak terjerumus ke berputus asa perlu adanya
dukungan dan perhatian dari keluarga, dan bisa melihat-merasakan adanya teman
yang sependeritaan, ataupun adanya tempat untuk mencurahkan isi hatinya
sehingga tidak menjadikannya gelap mata.
Penegasan
Allah mengenai larangan putus asa tertuang pada Qs Yusuf [12]: 87
…. wur (#qÝ¡t«÷($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) w ߧt«÷($t `ÏB Çy÷r§ «!$# wÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ
Artinya : “Dan janganlah
berputus-asa dari rahmat Allah, sebab sesungguhnya tidak akan berputus-asa dari
rahmat Allah melainkan kaum yang kufur”.
Berputus-asa tergotongkan perilaku kufur?
Inilah penggolongan resmi dari Allah yang pasti benar, tegas dan perlu kita
cermati. Barangsiapa berputus asa niscaya tergolongkan kaum kufur. Kufur di
sini berarti mengingkari nikmat yang telah diterima dan juga kufur dari
ke-Mahakuasaan Allah SwT, bahkan kemudian kufur dari keyakinan akan adanya
Allah SwT. Bukankah hanya yang kufur saja yang berani berputus-asa? Berani
melanggar ketentuan-Nya? Sebab jika ada keyakinan meskipun tipis pasti tidak
akan berani berputus-asa. Begitulah larangan langsung dari Allah SwT kepada
kita hamba-Nya.
Jamaah
rahimakumullah,
Sikap berputus-asa ini dari tinjauan ilmu
psikologi selalu berkecenderungan negatif, bahkan merusak-destruktif. Seseorang
yang berputus-asa berarti telah menutup diri secara kejiwaan dari proses hidup
yang selalu bergerak, berkembang. Seseorang yang berputus-asa adalah yang
jiwanya mati atau mematikan diri sendiri. Sebagai akibatnya adalah
ketiadamaknaan hidup baginya sehingga mudah saja untuk merusak jiwanya,
hidupnya, bahkan tidak sedikit yang juga berusaha merusak hidup dan jiwa orang
lain di lingkungannya. Dia merasakan dirinya telah rusak kemudian mengajak
orang-orang lain agar juga rusak. Inilah logika psikologis seorang teroris yang
berawal dari sikap putus-asa.
Guna meniadakan sikap berputus-asa, mari kita
berikhtiar untuk selalu memiliki sikap mental positif (SMP) terhadap apapun
yang menghadang. Berdoa sehabis shalat sesungguhnya juga dimaksudkan untuk hal
ini. Dengan membaca subhanallah ‘Maha Suci Allah’
berarti meniadakan pandangan negatif dan salah sangka kepada Allah. Dengan
membaca Alhamdulillah
‘segala puji bagi Allah’ berarti menanam prasangka baik dan
sikap positif. Lantas dengan allahu akbar ‘Allah Maha
Besar’ berarti menegaskan diri bahwa selain Allah SwT itu kecil serta bertekad
menjalani hidup dengan keyakinan bersama Allah tersebut. Lengkaplah sudah unsur
mental positif kita dengan ketiga doa tersebut yang kita lantunkan sepenuh jiwa
dan berulang 33 kali sehingga terinternalisasikan dalam jiwa kita.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ
الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ
الله لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah
Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى
نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، أَمَّا بَعْدُ؛
قَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
Jamaah Jum’ah
rahimakumullah,
Bagaimanapun
beratnya masalah hidup yang kita hadapi tetap terlarang kita untuk berputus-asa.
Sebab masalah apapun yang nyata hadir di hadapan kita jelas sudah diukur dan
disesuaikan oleh Allah SwT dzat yang Maha Mengatur dengan kualitas kepribadian
kita masing-masing. Tidak pernah meleset ukuran itu. Kita pasti kuasa
menghadapi bahkan mengatasi masalahnya. Kuncinya adalah kita yakin mampu serta
berikhtiar secara optimal. Berputus-asa hanya bermakna menujukan diri ke
golongan orang kufur; selain itu juga akan mengarahkan jiwa kita menjadi
negatif bahkan rusak. Rusak diri juga rusak sekitarnya.
Diriwayatkan
dalam atsar bahwa
Sahabat Umar ibn Khatab ra selalu mampu bersyukur kendatipun masalah yang
dihadapinya besar bahkan berupa musibah. Mengapa? Pertama, musibah
itu tidak mengenai akidah dan tidak mencabut keyakinan agama kita. Kedua, musibah
itu bukanlah yang terbesar atau tidak yang terberat. Ketiga, adanya
janji Allah SwT kepada siapapun yang berhasil menghadapinya dengan balasan dan
kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Begitulah tiga alasan kuat mengapa Sahabat
Umar ra selalu mampu bersyukur meskipun menghadapi musibah yang maha berat.
Demikianlah
khutbah yang kami sampaikan. Semoga mendapat ridla dari Allah SwT dan
memberikan manfaat bagi kita semuanya. Mari kita jaga iman-takwa, dan mari kita
berdoa memohon kekuatan fisik dan mental sehingga mampu menghadapi dan
menyelesaikan apapun masalah yang menghadang kita.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا
رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ
سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا, رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ,
وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Comments
Post a Comment