BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Moralitas
merupakan fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yang membedakan
manusia dari binatang. Saat ini, banyak suara-suara miring yang diperdengarkan
oleh para ahli dan masyarakat pada umumnya tentang permasalahan moralitas anak
bangsa yang diduga telah berjalan keluar dari garis-garis humanitas yang
sejati.
Permasalahan
etika dan moralitas anak bangsa menjadi permasalahan yang sangat mendasar
dinegri ini. Kualitas moral yang semakin rendah dari kondisi yang kecil hingga
kekondisi yang besar mengakibatkan terhambatnya kemajuan bangsa Indonesia dalam
waktu yang cukup lama.
Permasalahan
moral dan etika yag rendah ini sangat banyak terjadi pada anak-anak yang
seharusnya masih dalam masa perkembangan dan pertumbuhannya diisi dengan
hal-hal positif sehingga menjadikan bahkan melahirkan generasi penerus bangsa
yang beradab dan yang mempunyai etika dan moralitas yang baik
Karena
permasalahan moral tersebut diharuskan adanya tindakan-tindakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Jawaban yang paling kuat yaitu melalui pendidikan.
Pendidikan melalui orang tua,guru,lingkungan sekitar dan tentu saja melalui
pendidikan pancasila. Dengan mengaktualisasikan niai-nilai pancasila dapat
menjadi landasan berbicara,bersikap dan bertindak bagi anak-anak.
Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pemahaman dari segala pihak untuk memikirkan
moralitas dan generasi anak bangsa dengan merujuk pada pendidikan
pancasila.karena pancasila merupakan dasar Negara. Jadi setiap aktivitas kenegaraan
dan keamasyarakatan seharusnya berlandaskan pada pancasila.
Pancasila
selalu memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang terjadi
dimasyarakat.karena dalam pancasila selalu terkandung nilai-nilai yang bisa
mencerminkan kita sebagai generasi penerus bangsa.
2.
Rumusan
Masalah
1. Apa faktor penyebab menurunnya etika
dan moralitas anak bangsa ?
2. Apa hubungan pentingnya pendidikan
pancasila dengan pembentukkan moralitas anak bangsa?
3. Bagaimana memecahkan permasalahan
ini pada anak-anak bangsa?
3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah dibuat, maka dapat diambil beberapa penjelasan tentang tujuan penulisan
makalah ini, antara lain adalah :
1. Mengetahui makna dan penjelasan
tentang moral dan etika.
2. Dapat memberikan pengetahuan tentang
masalah yang ada dimasyarakat atau kalangan remaja saat ini.
3. Dapat mengetahui factor-faktor yang
dapat menjadikan lunturnya moral generasi penerus.
4. Mengerti bagaimana solusi/cara untuk
menindak lanjuti masalah lunturnya moral dan etika generasi penerus.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep Etika dan Moral
Etika
berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti tempat tinggal yang biasa,padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat; watak; perasaan, sikap, cara berfikir, dalam
bentuk jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dalam arti terakhir inilah (cara
berfikir) terbentuknya istilah etika yang oleh aristoteles dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa diakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan. Namun demikian, ada juga kata moral dari
bahasa latin yang artinya sama dengan etika.
Secara
istilah etika mempunyai tiga arti, pertama : niai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Arti ini dapat disebut sistim niai. Kedua, etika berarti kumpulan
asa-asas atau nilai moral (kode etik). Ketiga, etika berarti ilmu tentang yang
baik atau yang buruk.
Moral
berasal dari kata bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa
Indonesia moral berarti akhlak atu kesusilaan yang mengadung makna tata tertib
batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku dalam
hidup. Dengan demikian moral dapat disimpulkan ajaran atau pedoman yang
dijadikan landasan untuk bertingkah laku dalam kehidupan agar menjadi manusia
yang baik atau berakhlak.
2.
Kondisi Moral Bangsa Indonesia
Dahulu
bangsa Indonesia dikenal oleh kalangan masyarakat luar yang mempunyai rakyat
berbudi pekerti luhur, santun dan beragama. Namun citra itu seolah-olah hilang
karena tidak dijaga. Perlu diingat bahwa modal suatu bangsa menuju sebuah
kemajuan adalah mempunyai rakyat yang berpemikiran cerdas, bijak dan juga
bermoral.
Kita patut
prihatin atas moralitas bangsa kita saat ini.moralitas sekarang yang ada justru
sangat jauh dari nilai-nilai normatif yang selama ini sangat di junjung tinggi
oleh bangsa Indonesia. Banyak di kalangan pelajar yang tidah memberikan contoh
akhlak yang baik melainkan yang buruk
Pendidikan
di Indonesia pada saat ini juga ebih cenderung memikirkan nilai akademis tidak
memikirkan akhlak dan moral anak bangsa.
Menurunnya
moralitas anak bangsa bukan Karena ketidak sengajaan melainkan disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Longgarnya pegangan terhadap agama
Dengan longgarnya pegangan terhadap
agama maka seseorang akan kehilangan jati dirinya sendiri bahkan akan
kehilangan kontrol pada dirinya sendiri. Karena kontrol yag paling kuat yaitu
terdapat pada dirinya sendiri.
2. Kurangnya pembinaan moral yang
dilakukan oleh keluarga,sekolah maupun masyarakat sekitar
3. Derasnya budaya materialistis,
gejala penyimpangan yang terjadi karena pola hidup yag semata-mata mengajarkan
kepuasan materi.
4. Belum adanya kemauan yang
sungguh-sungguh dari pemerintah dalam melakukan pembinaan moral.
5. Sisim pendidikan Indonesia yag
kurang memperhatikan pendidikan moral.
3.
Peran Pendidikan Pancasila Pada
moral bangsa
Pendidikan
sebenarnya merupakan cara membetuk sikap dan moralitas masyarakat yang beradab.
Dengan kata lain pendidikan merupakan moralisasi masyarakat. Akan tetap seperti
yang kita ketahui pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Masyarakat Indonesia meniru adat istiadat masyarakat luar yang jelas-jelas
memiliki perbedaan yang banyak dan akan membuat kita melupakan moral bangsa
Indonesia yang ada sejak dulu.
Kemerosotan
atau menurunnya moral bangsa Indonesia tidak boleh dibiarkan begitu saja,moral
suatu bangsa juga berpengruh pada pandangan bangsa lain terhadap kita. Untuk
mengatasi hal ini pendidikan pancasila lah yang akan Membantu kita membangun
moralitas anak bangsa. Karena seperti yang kita ketahui bahwa pancasila
merupakan dasar Negara. Dan merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Didalam
pancasila terdapat nilai-nilai yang berkaitan dengan moral. Seperti yang
terdapat pada sila pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam sila ini
terdapat nilai bahwa bangsa Indonesia berpegang pada nilai-nilai agama yang
diyakini masing-masing selain pada niai hukum.
Hal ini
dimaksudkan bahwa pancasila merupakan landasan dan falsafah hidup dalam
berbangsa dan bernegara.akan tetapi banyak yang menilai bahwa pendidikan yang
penting dalam pembentukan kharakter anak bangsa ini dipandang sangat
membosankan bahkan kehilangan keistimewaan dalam menjalankan pendidikan
pancasila, bahkan dianggap pelajaran yang tidak penting karena mungkin sudah
teralu sering menemukan peajaran pendidikan pancasila di masa SD, SMP, SMA
bahkan di perguruan tinggi sekalipun. Anggapan yang tidak penting itu yang
membuat moralitas anak bangsa menurun bahkan mengalami keterpurukan yang sangat
jauh.
Seperti
yang dikatakan Noor MS Bakry pancasila menandung beberaa nilai, yaitu :
1. Nilai material, segala sesuatu yang
berguna bagi unsur jasmani manusia.
2. Nilai vital, segala sesuatu yang
berguna bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, segala sesuatu
yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat
macam yaitu :
a.
Nilai kebenaran, bersumber pada unsur akal manusia.
b.
Niai kebaikan, bersumber pada unsur kehendak anusia
c.
Nilai keindahan, bersumber pada unsur rasa manusia
d.
Nilai religious, bersumber pada kepercayaan
manusia.pancasila.
Dengan
mengamalkan nilai-nilai pancasila ini kehidupan yang bradab akan terwujud,
pendidikan itu seharusnya mengarah pada nilai-nlai yang terkandung dalam sela
ke-2. Permasalahan mengenai kemanusiaan,adab dan moral bangsa dapat terselesaikan.(pendidikan
pancasila 2006,60-61)
Untuk
memperbaiki moral dan etika anak bangsa perlu ditekankan lagi pada pendidikan
dan pengamalan nilai-nilai pancasila didalam kehidupan sehari-hari. Nilai moral
dalam arti system pancasila adalah nilai-nilai yang bersumber kepada
nilai-nilai yang bersumber kepada kehendak atau kemauan manusia untuk berbuat
sesuatu, tetapi berlandaskan kepada unsur kemauan yang baik dan positif,
disamping adanya unsur pembenaran perbuatan yang bersumber kepada ratio atau akal
manusia.
Selain itu
dalam perbedaan dengan nilai-nilai yang lain, moral dan etika masih berkaitan
dengan perasaan estetika, perasaan diri dan social, serta perasaan religious
dari budaya manusia yang memiliki tingkat maju dan tinggi.
Berkaitan
dengan penilaian terhadap perasaan estetika atau keindahan mengingat keindahan juga
melengkapi kehidupan manusia yang serba luas yang bisa diperoleh melalui rasa
rasa indah yang akan mendorong atas berhasilnya/baiknya buruknya penyelesaian
tugas-tugas dalam lingkup kehidupannya.
Sehubung
dengan perasaan sosial, mengingat kepada kehidupan manusia (Indonesia)
hakikatnya, sebagai makhluk individu, juga sebagai makhluk sosial dengan
perasaan sosialnya, tampaklah bahwa makhluk sosial tidak terlepas dari
lingkungan sosialnya dari pada pribadinya.
4.
Pendidikan Sebagai Pondasi
Peradaban Bangsa
Manusia
lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa. Cipta adalah
kemampuan mempersoalkan nilai kebenaran, rasa adalah kemampuan mempersoalkan
nilai keindahan, dan karsa adalah kemampuan mempersoalkan nilai kebaikan.
Ketiga potensi tersebut dibingkai dalam satu ikatan sistem yang selanjutnya
dijadikan landasan dasar untuk mengkonstruksi bangunan filsafat
kehidupan, menentukan pedoman hidup, dan mengatur sikap dan perilaku agar
senantiasa terarah kepada pencapaian tujuan hidup yang hakiki.
Hubungan
Pendidikan dengan peradaban (karakter) suatu bangsa dianalogikan ibarat
hubungan fondasi dengan model atas konstruksi sebuah bangunan. Keduanya
berhubungan secara kausalitas, fondasi akan menentukan model bangunan
diatasnya. Pendidikan adalah fondasi bangunan dan karakter suatu bangsa adalah
model bangunan yang merupakan hasil kongkrit dari pendidikan.
Secara
historis maupun faktual hari ini, agungnya peradaban suatu bangsa, adalah
potret keberhasilan pembentukan karakter yang dibentuk melalui proses panjang
pendidikan, baik formil maupun nonformil. Begitu pula sebaliknya, hancurnya
peradaban suatu bangsa adalah akibat kegagalan proses pendidikan karakter
kepada masyarakatnya.
Pancasila
adalah falsafah hidup (pandangan hidup) yang mencerminkan karakter dan jatidiri
bangsa Indonesia, selayaknya menjadi landasan, pijakan, dan fondasi sistem
pendidikan. Pancasila sebagai nilai-nilai luhur bangsa, menjadi rujukan utama
dalam mendidik setiap individu anak bangsa. Ketika pancasila ditinggalkan
dari ranah pendidikan, baik pendidikan keluarga, pendidikan lingkungan maupun
pendidikan formal, maka pantaslah jika dikemudian hari bangsa Indonesia
kehilangan jatidirinya, dan secara perlahan, jika dibiarkan, akan kehilangan
keagungan peradabannya.
Tergerusnya
nilai-nilai Ketuhanan, lunturnya perikemanusiaan yang adil dan beradab,
lemahnya rasa persatuan dan suburnya permusuhan, lunturnya nilai-nilai
musyawarah untuk mufakat, dan termarginalnya nilai keadilan, adalah fakta bahwa
penanaman nilai-nilai Pancasila telah lama hilang dalam proses pendidikan
anak-anak bangsa kita sendiri.
Dengan
demikian, betapa penting memposisikan Pancasila sebagai landasan dan pijakan
dalam proses pendidikan anak-anak bangsa. Pancasila jika sebenar-benarnya
ditanamkan dalam proses pendidikan, maka seyogyanya bangsa ini menjadi bangsa
yang memiliki peradaban yang agung, yakni peradaban agung manusia-manusia
pancasila.
5.
Nilai-Nilai Pancasila Sebagai
Pedoman Pendidikan Karakter
Kerinduan
akan hadirnya Pancasila merambah pada semua bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara saat ini, hal ini sebagaimana telah disinggung diatas, diakibatkan
oleh terjadinya demoralisasi yang sangat luar biasa di semua bidang
kehidupan dan setiap lapisan masyarakat bangsa, yang sesungguhnya
bertolakbelakang dengan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa.
Sejalan
dengan kerinduan terhadap pancasila, dunia pendidikan hari ini pun sedang
merindukan dan mengelu-elukan pendidikan karakter. Pemerintah melalui
kementerian pendidikan nasional, sedang mencanangkan program pendidikan
karakter secara besar-besaran. Pendidikan karakter dianggap sebagai solusi
terbaik terhadap berbagai bencana moral yang melilit bangsa ini, yakni; hilangnya
nilai-nilai Ketuhanan YME, lemahnya nilai-nilai peri-kemanusiaan yang adil dan
beradab, lunturnya persatuan dan lemahnya prinsip musyawarah untuk mufakat,
serta semakin terpinggirkannya nilai-nilai keadilan.
Pembentukan
karakter yang diinginkan dalam proses pendidikan adalah terdiri dari tiga
bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral (moral Knowing),
perasaan bermoral (moral feeling), dan perilaku bermoral (moral
behavior).
Karakter
yang baik terdiri dari mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai
atau menginginkan kebaikan (loving or desiring the good) dan melakukan
kebaikan (acting the good). Membentuk karakter adalah dengan menumbuhkan
karakter yang merupakan the habits of mind, heart, and action yang
antara ketiganya (pikiran, hati, dan perbuatan) adalah saling terkait.
Pendidikan karakter adalah internalisasi nilai-nilai luhur
budaya, agama dan nilai-nilai luhur lain yang telah dijadikan falsafah hidup
suatu bangsa.
Pendidikan
secara essensi berbicara tentang moral, moral adalah kebaikan, sedangkan
pedoman moral bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pendidikan karakter
ditujukan untuk membenahi moral masyarakat bangsa yang kian hari kian bobrok,
demoralisasi terjadi dalam semua bidang kehidupan; politik, ekonomi, sosial, budaya
sampai pada yang paling essensi yakni keroposnya ideologi dan falsafah bangsa.
Dengan
demikian, pendidikan karakter yang sesungguhnya adalah pematrian
(internalisasi) nilai-nilai luhur Pancasila pada pikiran (mind), nurani
(heart), dan perilaku (behaviour) setiap individu anak bangsa.
Sehingga wujud keberhasilan pendidikan karakter yang diwujudkan pemerintah
adalah terlahirnya manusia-manusia Pancasila yang bermartabat yang akan
membentuk keagungan peradaban bangsa Indonesia
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Permasalahan
yang paling mendasar adalah menurunnya kualitas etika dan moralitas anak bangsa
yang sudah dimulai pada anak usia dini permasalahan ini disebabkan oeh beberapa
faktor penyebab : pendidikan yang kurang,orang tua, guru, teman, kelonggaran
terhadap agama dll. Sehingga untuk memecahkan permasalahan tersebut dapat
dilakukan dengan pembentukan kharakter anak bangsa melalui pengamaan
nilai-nilai pancasila.
B.
Saran
Pendidikan
pancasila sehausnya bisa diamalkan dalam kehidupan nyata oleh orang tua guru
bahkan masyarakat sekitar yang kemudian akan menjadi contoh bagi ana-anak dan
lembaga pendidikan seharusnya menjadi titik kebangkitan kekuatan generasi muda
sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
izin digunakan sebagai referensi ...
ReplyDelete